Rabu, 01 April 2020

Resume PPT masa Hindu-Buddha

Pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia dan hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina, memegang peran penting dalam proses penyebarannya di Indonesia. Dengan  berdagang, para pedagang India yang beragama Hindu maupun Budha sekaligus berinteraksi dengan penduduk setempat sehingga mereka mengenal pula kebudayaan dan agama yang mereka bawa.
Beberapa Hipotesis Para Ahli Tentang Proses Masuknya Hindu-Budha di Indonesia:

1. Hipotesis Brahmana: Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacarakeagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah VanLeur.
2.Hipotesis Ksatria: Pada saat itu di India sering terjadi peperangan antar golongan didalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorangpendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya: Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J.Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesiswaisya.
4. Hipotesis Sudra: Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Kebudayaan Pada Masa Hindu-Budha Salah satu unsur-unsur kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia pada masa kerajaan Hindu di Indonesia yang menjadi pokok bahasan di sini adalah adalah unsur kesenian yang terutama berwujud seni sastra, seni bangunan, seni patung dan seni hias. Berupa bangunan, patung dewa,  seni ukir, dan  kesusastraan.
Bangunan Hasil kebudayaan berupa bangunan yang dimaksudkan adalah bangunan sebagai tempat suci yaitu candi. Candi sebagai salah satu hasil kebudayaan pengaruh Hindu dan Budha adalah berasal dari perkataan/nama untuk Durga sebagai Dewi Maut atau Candika. Memang candi itu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya untuk orang tertentu yaitu para Raja atau orang-orang terkemuka. Yang dikuburkan dalam candi bukanlah sang raja atau pun abu jenasah, melainkan bermacam-macam logam dan batu-batu akik yang disertai dengan saji-sajian. Benda-benda demikian dinamakan pripih.

Sistem Kepercayaan
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.

Sistem Kemsyarakatan
Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.

Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.

Adat Istiadat/Kesenian
Bangunan keagamaan seperti candi sangat dikenal pada masa Hindu Budha. Hal tersebut terlihat jelas di mana pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu, seperti Cadi Gedungsongo maupun Candi Sewu. Bangunan pertapaan wihara juga merupakan bangunan yang berundak. Terlihat di beberapa Candi Tikus, Candi Jalatunda, dan Candi Plaosan.
Bangunan suci berundak tersebut sebenarnya telah berkembang pada zaman pra aksara, yang menggambarkan alam semesta yang bertingkat. Tingkat paling atas adalah tempat semayam para roh leluhur (nenek moyang). 

Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.

Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk pada masa Hindu-Budha, antara lain pertanian, beternak, dan berdagang. 

Teknologi
Wujud penerapan teknologi di Indonesia yang mengambil dari budaya Hindu-Buddha adalah dalam hal pembuatan candi. Candi di Indonesia dibuat melalui teknologi yang dimuat dalam Kitab Silpasastra, yaitu sebuah kitab pedoman pembuatan candi di India. Walaupun dalam penerapan teknologi hampir sama, namun wujud dasar dan fungsi candi di Indonesia berbeda perbedaan dengan yang ada di India. Di Indonesia, candi dibangun dengan model dasar punden berundak sebagai tempat pemujaan seperti di masa sejarah Megalithikum Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar