Judul
|
Desain Kewilayahan dan
Posisi Middle Power dalam Strategi Hedging Kazakhstan
terhadap Rusia dan Tiongkok
|
Jurnal
|
Jurnal
Hubungan Internasional
|
Volume,
nomor, dan halaman
|
Vol
12, No. 1, Hlm 60-76
|
Tahun
|
2019
|
Penulis
|
Muhamad Anugrah Pratama
|
Asal
Institusi Penulis
|
Universitas
Airlangga
|
Sumber
Jurnal
|
|
Reviewer
|
Nicola
Fathurozi
|
NIM
|
180110301033
|
Asal
Institusi Reviewer
|
Universitas
Jember
|
Tanggal
Review
|
16
Oktober 2019
|
Ringkasan
Abstrak
|
Kazakhstan dihadapkan pada
kontestasi Rusia dan
Tiongkok yang berkompetisi untuk memperoleh pengaruh dan meningkatkan keterlibatan mereka di wilayah
Asia Tengah sejak
tahun 1990-an. Dalam
menghadapi situasi tersebut, Kazakhstan menjalankan kebijakan luar
negeri hedging yang termasuk dalam
tajuk ‘multi-vector policy’. Hal ini memiliki keunikan karena Kazakhstan secara geografis merupakan negara landlocked dan memiliki hubungan historis yang dekat dengan Rusia. . Hasil analisis penulis
menunjukkan bahwa kebijakan hedging yang dilakukan oleh Kazakhstan dengan Rusia dan Tiongkok di pengaruhi oleh adanya perubahan desain kewilayahan Kazakhstan yang akhirnya memengaruhi perspektif elit sehingga memilih
menjalankan kebijakan
mencirikan middle power, yaitu hedging.
|
Ringkasan
Pendahuluan
|
Wilayah Asia Tengah
yang berada dalam
himpitan Rusia di utara dan Tiongkok di Selatan
terdiri dari lima negara yang berada dalam posisi landlocked atau terhimpit daratan dengan
tidak adanya akses
kelautan membuat negara-negara tersebut memiliki kerugian strategis dan ekonomis dibandingkan negara-negara yang memiliki akses kelaut. Wilayah Asia
Tengah juga mengandung banyak kekayaan alam dan hamparan yang luas, serta
berada di ‘tengah-tengah’ dunia yang pada awal tahun
1900-an disebut oleh McKinder sebagai
Heartland dan orang-orang yang dapat menguasai wilayah sekitar Asia Tengah dapat menguasai dunia. Tetapi, Kazakhstan memiliki permasalahan dengan dua negara
tetangga. Kazakhstan memiliki kekhawatiran akan ancaman dari utara, yaitu
Rusia yang memiliki permasalahan perbatasan, konsentrasi populasi
Slav di wilayah
utara Kazakhstan. Dalam hal ini, Kazakhstan menjadi menarik untuk
diteliti, karena selama ini dengan adanya
kedekatan historis dengan
Rusia, kekayaan sumber daya alam yang melimpah, dan posisi negara
land locked yang terisolasi.
|
Ringkasan
Pembahasan
|
Kebijakan Luar Negeri Hedging Kazakhstan
Aspek pertama yang
akan dibahas mengenai strategi hedging Kazakhstan terhadap Tiongkok dan Rusia adalah
aspek economic Pragmatism. Kebijakan Kazkhstan terhadap Tiongkok sarat
dengan pragmatisme ekonomi.
Aspek selanjutnya adalah
binding-engagement. Engagement merupakan kebijakan pada saat suatu
negara berusaha membangun dan menjaga
kontak dengan negara
berkekuatan besar dengan tujuan untuk
membentuk sarana komunikasi. Aspek selanjutnya adalah limited-bandwagoning. Limited bandwagoning (LB) berbeda dari pure
bandwagoning (PB). LB lebih mengarah kepada kemitraan politik
yang meliputi koordinasi. Aspek selanjutnya adalah dominance denial. Kebijakan ini dituju
kan untuk mencegah dan menanggulangi negara berkekuatan besar dalam yang
terlalu predominan dalam
hubungannya dengan negara-negara regional. Hal ini terlihat dalam
hubungan Kazakhstan dengan Tiongkok di dalam SCO. Dalam hal ekonomi, Kazakhstan tidak selalu
memihak Tiongkok.
Desain Kewilayahan Kazakhstan
Kondisi daratan Asia
Tengah yang berbentuk steppe dengan kondisi lingkungan yang keras
dan kering menyebabkan komunitas-komunitasetnis pada era sebelum pemerintahan Uni Soviet mengadopsi pola hidup
nomadik atau nomadic pastoralism karena dianggap lebih mudah
dalam pengaturannya tanpa
adanya struktur negara yang terpusat. Dalam aspek kewilayahan dan administrasi, para nomaden ini memiliki peraturan dan perbatasan yang tidak terlalu
rigid. Sifat alamiah dataran
steppe yang membentang tanpa adanya hambatan dan juga kondisi
yang kering membuat
perbatasan menjadi kurang relevan. Meskipun begitu,
ada beberapa konsepsi perbatasan yang dianut oleh para
nomaden di Kazakhstan yang meliputi status
ke- anggotaan dalam klan
dan kepemilikan hewan
ternak. Meskipun begitu, wilayah
tetap menjadi sesuatu
yang relevan bagi para nomaden, walaupun dalam bentuk yangberbeda. Paranomaden tetap membutuhkan penanda kewilayahan karena
sebagian besar para nomaden
melakukan migrasi rutin
dari wilayah utara
menuju ke selatan dan karena para nomaden selalu
membawa ternak yang merupakan harta
dan properti yang
utama. Karakteristik ini mulai
berubah pada era Uni Soviet
yang menjalankan kebijakan yang bertajuk ‘virgin land’ yang meliputi kebijakan relokasi.
Mode pemerintahan yang
topdown membuat administrasi sub-nasional terlalu bergantung kepada pusat
dan menyebabkan kurang
berkembangnya wilayah-wilayah periphery yang salah satunya
ditandai dengan kepadatan penduduk
yang lebih tertuju
ke tengah di Astana dan
daerah-daerah utara Kazakhstan.
Kebijakan Luar Negeri Kazakhstan dan
Posisi Middle
Power
Konsepsi-konsepsi mengenai situasi Kazakhstan membuat kebijakan luar negerinya sebagai refleksi dari posisi
geografis negara yang
baru merdeka yang menurut
interpretasi Kazakhstan, jalur
yang paling cocok untuk ditempuh adalah melalui kebijakan luar negeri yang pragmatis, non-konfrontasional dengan
berusaha untuk menyeimbangkan hubungan dengan negara-negara berkekuatan besar, serta
kebijakan yang aktif
di wilayah sekitarnya. Selain itu, kekhawatiran Kazakhstan tidak hanya terletak pada Rusia dan Tiongkok, tetapi keamanan regional Asia Tengah yang berusaha dicegah untuk masuk ke dalam konflik ‘Great Game’ seperti dalam pidato Nazarbayev pada tahun 1997
yang “Involve the
country in an unpredictable vortex of various
regional conflicts of military, political, economic, and confessional nature”. Formulasi kebijakan luar negeri Kazakhstan dilandasi oleh kesadaran akan
adanya keterbatasan kapabilitas dan geografis, sehingga, seperti yang akan dijabarkan pada sub-bab sub-bab selanjutnya, cenderung berusaha untuk bertindak seaktif
mungkin dalam dunia internasional, seperti
layaknya negara-negara middle power
yang membuatnya tidak
terhindar dari kontradiksi.
|
Kelebihan
|
1. Pembahasan
mengenai Desain Kewilayahan dan Posisi Middle Power dalam Strategi Hedging Kazakhstan terhadap
Rusia dan Tiongkok sudah meliputi kronologi kejadian dan jejak sejarah dari awal.
2. Kebijakan yang disebutkan dalam jurnal tersebut mengarah pada yang dituju yaitu pembaca untuk memahami secara terperinci proses kebijakan berlangsung. |
Kekurangan
|
1. Dalam tulisan tersebut penulis berusaha menggiring opini pembaca untuk subyektif terhadap Kazakhstan
2. Persoalan yang diangkat dalam tulisan terlalu condong pada pengeksploitasian sumberdaya di Kazakhstan, yang seharusnya tulisan tersebut lebih banyak membicarakan soal kebijakan. |
Keterikatan pada suatu kelompok adalah salah satu faktor moral yang akan menentukan tingkah laku.
Emile Durkheim
Rabu, 16 Oktober 2019
Review Jurnal Desain Kewilayahan dan Posisi Middle Power dalam Strategi Hedging Kazakhstan terhadap Rusia dan Tiongkok
Langganan:
Postingan (Atom)