Kebudayaan asli Indonesia adalah hasil pertumbuhan sejarah yang
berbeda-beda di berbagai pulau dan bagian pulau di Indonesia yang luas ini.
Tetapi meskipun banyak perbedaannya antara penjelmaan kebudayaan yang satu
dengan kebudayaan yang lain, ciri-ciri hakekat yang sama anatara
kebudayaan-kebudayaan itu sedemikian banyaknya dan nyatanya, sehingga dapat
kita menggolongkan sekalinya kepada dasar kebudayaan yang sama.
Bangsa Indonesia sudah dapat
dikatakan mempunyai cara berpikir yang komplex, yaitu bersifat keseluruhan dan
emosional yang amat dikuasai oleh perasaan sebelum datangnya budaya dari India.
Pikiran dan perbuatan tertuju bagaimana mendapat bantuan dari roh-roh yang baik
dan bagaimana menjauhkan pengaruh buruknya. Ekonomi, hukum, pemerintahan,
kesenian bukanlah keaktifan manusia yang terpisah-pisah, tetapi sangat amat
rapat hubungannya. Pengetahuan itu bukanlah diperoleh karena penyelidikan,
tetapi merupakan pusaka nenek moyangnya yang rohnya dianggap masih hidup
bersama didalam masyarakat. Dalam tingkat kebersahajaan itu manusia belum
banyak mempunyai kesadaran akan kemungkinan pikiran dan tenaganya yang nyata.
Demikian ilmu dalam arti penjelmaan nilai teori yang berusaha mencari
pengetahuan yang berasio, nyata dan objektif amatlah lemah.
Dalam hubungan adat yang mengatur seluruh
kehidupan dan yang dikuasai oleh roh-roh dan tenaga yang gaib itulah maka
masyarakat bersahaja itu, konservatif dan statis sifatnya. Ciri yang lain daripada masyarakat Indonesia yang lama ialah
berkuasanya nilai solidaritas, keputusan-keputusan yang diambil bersama dengan
permufakatan. Suatu ciri juga dari masyarakat Indonesia asli itu ialah besarnya
pengaruh hubungan darah, persekutuan itu terjadi dari satu atau beberapa suku.
Kehidupan ekonomi dalam masyarakat yang kecil tentulah amat terbatas dan
berjalan kekeluargaan.
Jadi kesimpulan tentang kebudayaan Indonesia
asli ini tentu kebudayaannya dikuasai oleh nilai agama, yang diikuti oleh nilai
solidaritas dan nilai kesenian, sedangkan dalam sifatnya yang demokratis nilai
kuasa dalam susunan masyarakat adalah lemah. Nilai ilmu lemah, karena pemikiran yang berasio belum berkembang
sedangkan perasaan perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi alam.
Nilai ekonomi belum juga berkembang.
Perbandingan dari masing-masing periode
pada zaman Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, dan Zaman Logam.
Palaeolithikum
merupakan zaman batu awal dari kehidupan zaman prasejarah, dimana pada zaman
ini peralatan batu untuk menunjang kehidupan masih dibuat secara kasar oleh
manusia. Sesuai zamannya, kehidupan zaman ini masih sederhana. Manusia hidup
berkelompok (10-15 orang), mengenal api barus sebatas untuk senjata bertahan
hidup dan menakuti hewan buruan. Zaman ini dikenal istilah kehidupan nomaden
atau berpindah – pindah tergantung dimana sumber makanan atau buruan berada,
sehingga cara hidup manusia pada zaman itu hanya berburu dan mengumpulkan
makanan (food gathering). Kehidupan pada zaman ini belum nampak adanya hunian,
manusia tinggal di gua atau tempat perlindungan lainnya yang aman dari gangguan
alam atau hewan buas.
Zaman Mesolithikum merupakan zaman batu yang menjadi
zaman peralihan. Pada zaman ini alat – alat penunjang kehidupan manusia masih
berifat kasar namun sudah ada upaya untuk memperhalus alat tersebut. Zaman ini
kehidupan sudah mulai berkembang, manusia sudah mengenal sistem masyarakat dan
tidak lagi berkelompok. Tempat tinggal mereka sudah menetap di sebuah hunian
rumah panggung sederhana atau tetap di gua, manusia juga sudah mengenal cara
bercocok tanam dan bagaimana pembagian tugas dalam sosial, misalnya laki – laki
berburu dan wanita memasak.
Zaman Neolithikum ini kehidupan praaksara sudah
berkembang pesat, dimana manusia sudah ber-revolusi dalam segi kehidupan,
misalnya tidak lagi bergantung dari berburu dan mulai mengembangkan cara
bercocok tanam, beternak, dan sejenisnya. Kehidupan pada zaman ini juga mulai
berkembang dengan hilangnya budaya nomaden dan diganti dengan menghuni tetap
pada suatu tempat. Peralatan yang digunakan mereka juga lebih baik mengingat
sudah halus, dan dibarengi dengan perlatan lainnya seperti gerabah atau kain
tenun.
Megatlithikum merupakan perkembangan dari zaman batu yang
berelasi dengan kehidupan ritual keagamaan, zaman ini berbarengan dengan zaman
neolithikum yang menghasilkan bukan hanya alat, namun juga berkenaan dengan
upacara – upacara keagamaan atau kepercayaan orang zaman itu. Adapun kehidupan
zaman ini menghasilkan alat upacara kegamaan sebagai berikut :
§ Menhir, tugu batu besar yang bertujuan untuk memuja arwah
nenek moyang.
§ Dolmen, meja batu yang memiliki kaki – kaki batu terbuat
dari menhir, alat ini diciptakan untuk menaruh sesaji atau digunakan untuk alat
kubur/peti kubur karena dibawahnya terdapat jenazah/kuburan.
§ Peti Kubur Batu, berupa potongan batu yang disusun
seperti peti mayat untuk penguburan.
§ Sarkofagus, keranda dari batu utuh (monolith)yang
dianggap memiliki kekuatan
§ Waruga, merupakan peti batu yang berbentuk kubus atau
bulat.
§ Punden berundak, sebuah bangunan yang berbentuk seperti
piramida yang digunakan sebagai tempat menaruh sesaji, punden merupakan cikal
bakal dari candi.
Dalam Kebudayaan dari Zaman Logam ini sendiri terbagi
menjadi 3 jenis, yakni Zaman Tembaga, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi. Zaman tembaga ini menjadi awal mula manusia
mengenal logam dalam kehidupannya, dimana mereka menggunakan tembaga sebagai
bahan dasar untuk pembuatan peralatan sehari-hari. Zaman Perunggu, dimana
banyak manusia saat itu menggunakan perunggu sebagai bahan dasar untuk membuat
peralatan mereka. Pada zaman besi manusia
yang sudah mengenal besi dan membuat bahan ini sebagai alat kesehariannya. Cara
membuatnya pun dengan melebur besi dan bijinya pun dituangkan kedalam cetaka
yang sudah disiapkan.
Dari zaman ke zaman pada masa prasejarah menunjukkan
perkembangan masing-masing yang mengarah pada kemaslahatan kehidupan manusia
purba kala itu. Manusia dalam metode berpikirnya akan selalu dibenturkan dalam
keadaan genting sehingga mereka mampu untuk menciptakan atau menghasilkan suatu
produk dan itu yang terjadi pada manusia purba masa prasejarah. Mereka mampu
berkembang sehingga menghasilkan kebudayaan yang berbeda disetiap masanya. Perbandingan
jelas pada cara bertahan hidup yang semakin maju dan percobaan ketahanan pada
iklim alam yang akhirnya diputuskan untuk tinggal menetap disuatu tempat yang
dianggap cocok. Perkembangan itulah yang membawa manusia pada peradaban sekarang
yang dimulai pada zaman batu.
Referensi:
http://journal.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya
https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah